Luar Biasa Pertanyaan Sulit Filosof Atheis Epicurus Dijawab Tuntas Seorang Kepala Sekolah

pertanyaan sulit epicurus terjawab

Pernah dengar atheis membanggakan satu pertanyaan seorang filosof bernama Epicurus yang konon sampai hari ini belum ada yang bisa menjawabnya? Bahkan pemikir sekelas David Hume pun tidak menemukan letak kesalahan berfikir dari fisuf Yunani Kuno tersebut? Tahukah anda bahwa pertanyaan tersebut terjawab tuntas dengan cara yang amat sederhana oleh seorang kepala sekolah SD? Berikut kisahnya

Luar Biasa Pertanyaan Sulit Filosof Atheis Epicurus Dijawab Tuntas Seorang Kepala Sekolah

Sebuah taman pendidikan anak, setara Elementary School, dalam sebuah acara makan siang, terlihat berantakan. Siswa baru yang rata-rata berumur antara 5-7 tahun itu berebut makan, menyerobot antrian, menyikut teman, saling dorong, ada yang terinjak, ada yang teriak, ada yang menangis.

Seorang wali siswa memprotes Kepala Sekolah, kegaduhan semacam itu kenapa dibiarkan ?_

Kepala Sekolah tersenyum lalu mengajak orang tersebut menyusuri lorong menuju kebun belakang. Sembari menunjuk sebuah bangunan kayu dia berkata,

_"Bapak bisa lihat ratusan domba di kandang itu. Tak saling berebut makan, tak saling injak. Kami pisahkan tiap domba dengan sekat. Masing-masing makan dari tempat yang disediakan"_
_"Mudah bagi kami membangun sekat serupa agar anak-anak bisa makan bersama dengan tertib. Tapi kami tidak lakukan"_

Kepala Sekolah membalikkan badan lalu mempersilakan wali siswa itu menuju sebuah aula tempat murid kelas dua berkumpul. Sama seperti kelas satu, mereka tengah makan siang bersama, tetapi dalam suasana yang tertib luar biasa. 

Tiap lima atau enam orang anak duduk melingkar. Beberapa diantaranya lalu-lalang membagikan makanan. Selama acara berlangsung para siswa petugas pelayanan ini berdiri mengamati. Sesekali mereka kembali ke meja-saji untuk mengambilkan tambahan nasi, sayur, lauk, minum, atau peralatan makan yang kurang. 

Ketika selesai, mereka segera membereskan peralatan dan sisa makanan yang ditinggalkan teman-temannya. Setelah semuanya rapih, para petugas yang jumlahnya sekitar 8-10 orang anak ini baru mulai makan.

_"Kami membuat semacam jadwal piket"_ , kata Kepala Sekolah melanjutkan, _"Siswa yang bertugas berganti tiap hari. Mereka sangat senang mendapat giliran piket, sampai-sampai mereka berharap, seandainya boleh, tugas mulia tersebut tidak perlu digantikan oleh teman lainnya"_

Wali siswa itu lama terdiam. 
Anak-anak, kandang domba, dan tertib-nya para siswa kelas dua yang diperlihatkan oleh Kepala Sekolah itu, bagi sang wali siswa merupakan jawaban pertanyaan _filosofis_ seorang pemikir Yunani  _:(Epicurus)_ , yang konon belum bisa terjawab sampai saat ini.

_”Kalau Tuhan Maha Kuasa tapi membiarkan kejahatan terjadi, maka Dia tidak Maha Sayang”_
_”Kalau Dia Maha Sayang tapi kejahatan tidak dicegah Nya, berarti Tuhan tidak Maha Kuasa”_

Demikian kira-kira rumusan problem ketuhanan yang diajukan _Epicurus_

Wali siswa tersebut ternyata seorang dosen. Rekan beliau yang notabene seorang Guru Besar Filsafat sebuah universitas ternama negeri ini saja butuh berlembar-lembar paper hanya untuk menyimpulkan bahwa dia tidak bisa memecahkan soal pelik itu.

Namun, siang itu beberapa kalimat Kepala Sekolah telah memberinya jawaban tuntas. 

_Amat mudah bagi Kepala Sekolah untuk membuat para murid baru tak saling sikut, tak saling serobot dengan cara membuatkan sekat persis seperti kandang, tetapi itu tidak beliau lakukan karena anak-anak tidak sama dengan domba_ 
_Anak bisa diajak berfikir, menggunakan hati-kalbu-akal mereka untuk memahami pelajaran, peraturan, sehingga secara sadar mereka bisa berubah menjadi jauh lebih baik, lebih tertib, lebih mulia dibanding domba_

Seperti itulah yang sebenarnya dialami manusia

Amat mudah bagi Allah yang Maha Kuasa untuk _“menjadikan”_ manusia yang selalu berbuat kebaikan _(seperti yang Tuhan kehendaki atas malaikat yang selalu patuh melaksanakan segala perintah Tuhan)

_”...... *an lau yasyaa'u Llaaha lahadan naasa jamii'an* ......"_
_seandainya Allah menghendaki tentu telah diberi Nya petunjuk seluruh manusia itu_ (QS 13 Ar Ra'd : 31)

Namun Tuhan berkehendak lain

1.Dia membekali manusia dengan perangkat _internal_ super canggih, berupa *hati-kalbu-akal-fikiran* 

2. Dia menurunkan petunjuk berupa _*ayat-ayat*_ yang diwahyukan melalui para Nabi dan Rasul.

Kemudian Dia hendak menguji apakah seseorang *mau atau tidak* -secara sukarela- mem _fungsi_ kan *hati-kalbu-akal-fikiran* nya untuk memahami _*ayat-ayat*_ Allah tersebut.
_”..... *li yabluwakum fii maa aataakum* ..."_
_agar Dia menguji kalian berkenaan dengan apa yang telah diberikan pada kalian_ (QS 5 Al Maidah : 48)

Allah hendak menguji supaya *manusia* -dengan kesadarannya sendiri- *mau melakukan* sesuatu yang bisa menjadi *penyebab* turunnya *hidayah* / petunjuk Allah atas dirinya. 
Allah berkehendak agar manusia *mau melakukan* sesuatu yang menjadi *penyebab* datangnya kebaikan, kemanfaatan bagi dirinya, orang lain dan seluruh alam semesta, berdasar petunjuk Allah.

Jika semua manusia *mau* bersikap dan berperilaku demikian, maka kejahatan yang memicu penderitaan bagi sebagian umat manusia sebagaimana dimaksud dalam pertanyaan _Epicurus_ di atas, pasti tak kan pernah terjadi.

Jadi bila hari ini kejahatan merajalela, ketidak-adilan penguasa membuat banyak manusia sengsara, bukan berarti Tuhan suka hal itu terjadi. Bukan pula berarti bahwa Tuhan itu kejam dengan membiarkannya. 

Yang terjadi sebenarnya adalah, Tuhan tengah memberikan tenggat waktu / kesempatan bagi manusia. 

Dalam rentang waktu yang diberikan itu ada orang jahat yang taubat, ada orang yang berjuang memperbaiki diri, ada pemberani yang menegakkan keadilan hingga yang lemah terlindungi serta yang kuat bisa dicegah dari berbuat zalim.

Sejarah mencatat, beberapa kaum telah sukses membuktikan diri sebagai kelompok manusia yang *mau* menggunakan _*hati-kalbu-akal-fikiran*_ untuk mewujudkan masyarakat adil makmur, tanpa kezaliman dan kesengsaraan. Kita mengenal Musa yang menegakkan hukum Taurat. Ada raja Thalut yang tampil menggantikan kezaliman Jalut. Kemudian tampil Daud menjadi raja yang mengajarkan Zabur sekaligus menebar kemakmuran, mencegah kezaliman. Menyusul anak Daud yaitu Sulayman, yang bahkan mampu menegakkan hukum keadilan Tuhan sampai kerajaan Saba’, jauh  di luar wilayah kekuasaannya.

Ada Iskandar Zulkarnain, Raja Macedonia, yang membantu Kerajaan China saat itu agar aman dari kaum perusak yaitu Yajuj Majuj.

Kemudian Muhammad, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Umar bin Abdul Aziz, Muhammad Al Fatih, Shalahudin Al Ayyubi, mereka semua adalah manusia yang mau menggunakan _*hati-kalbu-akal-fikiran*_ untuk memahami _ayat-ayat_ Tuhan sebagai landasan hujjah dalam merobohkan kebatilan dan kezaliman sekaligus menggantinya dengan kebenaran dan keadilan.

Jadi, meskipun Tuhan Maha Kuasa untuk menjadikan semua manusia beriman dan berbuat baik, Dia berkehendak memberi kesempatan kepada mereka untuk melakukannya sendiri secara sadar tanpa paksaan, dengan jalan menyiapkan semua yang dibutuhkan, berupa _*hati-kalbu-akal-fikiran*_ serta _ayat-ayat_ Allah sebagai petunjuk.

Jika manusia mau secara sadar mengubah sikap dari mengabaikan menjadi peduli kebenaran, maka Tuhan akan mengganti keadaan mereka dari kekhawatiran dan penderitaan menjadi aman sentosa.
Jika tidak, maka Tuhan membiarkan mereka dalam keadaan diliputi kezaliman dari kaum mereka sendiri

_*”Inna Llaha laa yughayyiru maa bi qoumin, khatta yughayyiru maa fi anfusihim”*_
_sesungguhnya Allah takkan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri_
_Tuhan takkan mengubah keadaan kita sampai kita mengubah sikap dan perilaku buruk kita sesuai kebenaran, sesuai ayat-ayat yang diturunkan melalui para Nabi_

Hari ini, dan seterusnya sampai batas umur masing-masing
Tuhan masih membuka kesempatan bagi manusia untuk secara sadar mengikuti kebenaran dari Nya

Tuhan membuka kesempatan bagi siapapun yang mau mencontoh kesuksesan Musa, Daud, Sulayman, Muhammad, Abu Bakr, Umar, Utsman, dan Ali dalam melenyapkan kebatilan dan kezaliman lalu menggantikannya dengan kebenaran dan keadilan 



Semoga kita masuk salah satu dari mereka

0 Response to "Luar Biasa Pertanyaan Sulit Filosof Atheis Epicurus Dijawab Tuntas Seorang Kepala Sekolah"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel