Kalau Segitiga Haram, Apa Kabar "Pakaian Dalam"?
Sumber Foto: https://mobilkomersial.com
Medio 2016, saya diundang ke pernikahan seorang kawan, sama-sama kami dulu bekas kuli di Banten. Pernikahannya mewah, di hotel daerah Kuningan, Jakarta. Visual pernikahannya sama sekali tidak menyiratkan blio pernah jadi kuli dengan bayaran UMD dan hobi ngorok ngiler sama saya.
Saya coba memperhatikan dekorasi pernikahan. Megah. Dan banyak sekali lambang berbentuk Naga, dari mulai singgasana pengantin, pinggiran kue tart besar, bahkan susunan dim sum di dalam panci membentuk kepala naga.
Ketika salaman, saya tanya ke kawan saya, dan jawabannya mengejutkan. Ya, dia percaya bahwa Naga adalah simbol kesuksesan, dan usahanya melejit seperti sekarang salah satunya karena simbol naga. Naga dan dirinya adalah satu kesatuan.
Kalo sudah demikian, apa yang mau saya debat? Tidak ada, padahal kawan saya tadi sama sekali bukan keturunan Tiongkok, Jawa asli. Kepercayaan akan simbol seperti ini yang melekat di sebagian masyarakat kita.
Lha wong ibu saya saja penganut paham pohon bambu kuning di depan rumah kok. Katanya untuk ngusir bala.
Jadi saya enggak heran ketika Masjid Al Safar di Cipularang hasil karya arsitektur Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, di protes karena menyerupai lambang iluminati karena bentuknya yang mirip segitiga.
Ketika sholat disitu setahun yang lalu saya sudah mbatin di dalam hati "ni Masjid bakal jadi masalah nih"...eh bener... Bagi umat muslim jaman now, Iluminati identik dengan gerakan Zionis, Yahudi, Israel yang artinya Haram, harus diperangi.
Saya coba biasa saja ketika seorang kawan menyodorkan fakta-fakta soal Masjid Al Safar. Tapi mulai semakin aneh ketika simbol berpengaruh pada keimanan dan larangan sholat disana.
Apalagi pas penjelasan soal menara Masjid yang berbentuk segitiga tiga dimensi mirip Piramida.
Katanya, dia melihat video Ustad Baequni yang mengatakan menara Masjid tersebut menggambarkan sosok Fir'aun di Mesir. Piramida dianggap sebagai simbol Fir'aun yang mengaku Tuhan.
Disitu otak saya mulai ber-takon-takon..
Piramida di ciptakan oleh Pharaoh (Fir'aun) sebagai tempat untuk pemakaman jasad Raja-raja Mesir. Dan Fir'aun di Mesir bukan hanya Fir'aun di zaman Nabi Musa yang mengaku Tuhan.
Fir'aun adalah gelar bagi para penguasa/Raja Mesir. Menurut Egyptologist terkenal dari Inggris, Sir Alan Gardiner, istilah "Pharaoh/Fir'aun" sendiri berawal pada masa pemerintahan Amenophis IV atau Amenhotep IV (1353-1336 SM) yang tercatat dalam Kahun Papyrus. Ada 24 Raja Mesir yang bergelar Fir'aun.
Sedangkan jumlah Raja Mesir ada ratusan sejak zaman dinasti pertama (Mesir Kuno) dengan Rajanya bernama Menes (3100 SM) sampai era Cleopatra VII (51-30 SM) yang menikah dengan Julius Caesar dan dilanjut oleh anaknya Ptolomeus XV (44-30 SM).
Sedang Fir'aun di zaman Nabi Musa, menurut studi waktu diyakini sebagai Ramses II (1279-1213 SM). Meskipun ada yang mengatakan bukan Ramses II melainkan anaknya, Minepthah II (1213-1203 SM). Dengan alasan setelah penyelidikan Ramses II adalah Raja yang baik dan anaknya justru yang bengis.
Mirip sinetron, but whatever...
Lalu kapan Piramida di bangun? Kembali ke studi waktu, Piramida Agung Giza yang merupakan Piramida terbesar disepakati oleh para ahli selesai pembangunannya pada tahun 2560 SM, sedangkan Piramida tertua yaitu Piramida Djoser dibangun dalam rentang tahun 2667-2648 SM.
Sedangkan Fir'aun The Great alias Fir'aun yang mengaku Tuhan HANYA ada di zaman Nabi Musa. Ada rentang 1281 tahun antara Piramida Agung dengan zaman Nabi Musa.
Dari sejarah tersebut, kita dapat mengetahui bahwa Piramida bukan dibangun di zaman Fir'aun Nabi Musa saja, apalagi fungsinya adalah untuk menyimpan jenazah dan juga harta-harta Fir'aun. Jadi tidak ada hubungannya sama sekali dengan pengakuan Fir'aun sebagai Tuhan
0 Response to "Kalau Segitiga Haram, Apa Kabar "Pakaian Dalam"?"
Post a Comment